SEKOLAHKU SEKOLAHMU



Disebut desa terpencil yang terletak tak jauh dari keramaian kota hiduplah seorang anak yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu kehidupannya terasa sangat sepi bagaikan suasana hutan di tengah malam, semua orang yang disayanginya telah pergi meninggalkannya seorang diri sedangkan tak ada satu sanak saudarapun yang tersisa bahkan hartapun sudah habis ditelan waktu seiring kebutuhan setiap hari.
Dengan kehidupan yang sebatang kara serta tak punya apa-apa itu, Arifah begitu anak dipanggil sehari-harinya bekerja menguras sampah yang ada dilingkungan perkotaan baik dirumah-rumah, jalan-jalan, maupun pasa-pasar. Dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaannya itu ia gunakan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya bahkan sekolahnya.
Tak disangka Arifah yang hidup sebatang kara tanpa orang tua dan harta sepeserpun mampu sekolah hingga SMP, mungkin karena keteguhannya dalam bekerja dan belajarlah sehingga ia bisa mewujudkan apa yang diinginkannya. Arifah adalah seorang penyemangat tinggi, dengan bekerja ia mampu membiayai kehidupannya, dengan belajar ia mampu meraih sejuta prestasisehingga memperoleh penghargaan dari Kepala Sekolah gratis biaya sekolah.
Meski dengan tinggal ditempat kumuh, sekolah pinggiran dengan makanan seadanya, bukan berarti Arifah harus terpuruk menjadi seorang gadis yang kumuh, miskin, dan bodoh selamanya. Buktinya kini mempunyai otak yang cemerlang yang tidak dimiliki oleh beberapa anak kaya, bertempat tinggal dikota di rumah besar, makan tinggal pilih makanan yang paling sehat dan enak.
Suatu hari ketika Arifah sedang asyiknya memilah-milah  sampah disebuah tempat sampah di depan supermarket, lewatlah segerombolan anak SMP. Dilihat dari pakaian yang bermerek adalah anak orang kaya tak disangka ketika mereka melihat seorang gadis sedang memilah-milah sampah sampah. Sebuah kata hinaan muncul dari mereka.
“Iiiiih, kok bau badan gak enak, bau badannya siapa yaa??” ucap seorang anak itu.
“gak tau tu bau banget” jawab seorang lagi
“ouw,, kayaknya bau anak di depan tempat sampah itu,,,,”
Tuduh mereka mereka bersamaan, Arifah yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud badannya bau, tetap sabar meski sakit yang terpendam itu semakin sakit karena setiap hari ia mendapatkan hinaan.
“he….. gembel ngapain kamu di depan super market ini?? Kalau kamu mau mencari sampah dihutan sana !!! kamu tu gak pantas berada disini” ejek seorang anak laki-laki dari beberapa gerombolan anak SMP itu yang tak lai bernama Deni.
“bukannya ini tempat umum?? Siapa saja boleh dating dong??!
“memang, ini tempat umum semuanya boleh datang kecuali seorang anak gembel seperti kamu!!!”
“terserah kamu bilang apa, aku masih tetap disini karena yang punya Super Market ini bukan kamu, ngapain kamu nglarang segala!!!”
“wouw,, ngancam nie??? Kamu kira aku siapa? He…. Pergi sana!! Ngapain disini???
“aku gak akan pernah pergi, gak AKAN”
“Pak Satpam…. Nie ada anak gembel mau menghajar gue….!!
Tiba-tiba saja Deni memanggil Pak Satpam dengan menyalahkan Arifah, Arifahpun langsung lari, sebelum lari ia menginjak keras-keras kaki Deni.
“he, gembel beraninya kau menginjak kakiku, ya….??! Awas ya.. tunggu pembalasanku”
“biarin weeee…..??!” Arifahpun lari dengan kencangnya.
            Sejak itu Arifah merasa jengkel dengan Deni seorang anak laki-laki yang tak dikenal yang berani mengejek dan menghinanya. Arifah merasa perjumpaan dengan Deni adalah perjumpaan yang sangat dibencinya seumur hidup, karena baru pertama kali inilah ia mendengarkan perkataan yang panas ditelinganya.
            Kejengkelan itu hanya singgah sebentar dihati Arifah, kini Arifah mampu melupakan peristiwa itu seiring tergusur pikirannya tentang pelajaran sekolah, tiap hari Arifah tak kenal lelah bekerja mondar-mandir dari tempat yang satu ketempat yang lain, tiap hari Arifah tak pernah mengeluh membuka buku pelajaran dari lembaran yang satu kelembaran yang lainnya.
            Semangat Arifah tiap hari semakin membara. Tak heran ia raih, sanjungan demi sanjungan demi sanjungan telh ia terima, tinggal selangkah lagi Arifah bisa memegang bintang itu, selangkah lagi nama dirinya dan sekolahnya terkenal diseluruh pelosok Indonesia yaa…. Selangkah lagi Arifah akan mewakili Indonesia dalam ajang siswa berprestasi di Taiwan.
            Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan Arifah belajar dan belajar , karena kali ini Arifah gak boleh gagal Arifah harus mampu mampu menembus juara nasional dan mewakili Indonesia ke tingkat Internasional,ia yakin ia pasti bisa.
            Waktu tinggal 1 bulan, perasaan Arifah  semakin gugup tapi ia tetap berusaha dan berusaha, sedikit demi sedikit pelajaran telah ia pelajari hingga tak terasa mterinya telah habis, tak terasa pula waktu yang dinanti-nanti Arifah telah datang waktu perlombaan tinkat nasional se-indonesia yang dilaksanakan di Jakarta.
            Kini Arifah telah menginjakkan kakinya ditempat perlombahan yang sangat dinantikannya , hatinya bergetar bagaikan bumi yang bergoncang, langkahnya kaku bagaikan tanaman yang tak mampu berjalan kearah tujuannya, bibirnya mengucapkan beribu-ribu kata bahkan sejuta kata bagaikan suara Guntur yang tiada henti.
            Teringat ia akan perkataan orang-orang tersayangnya suara-suara mereka selalu terngiang ditelinganya, seketika itu semangat perjuangan Arifah muncul kembali seakan semangat yang kini muncul adalah semangat yang paling membara dari semua kehidupan masa lalunya. Meski ditempat itu pula berbagai macam ejekan dan penghinaan telah didengarkannya tapi ia tetap sabar menghadapi semua itu.
“hai…. Siapa kamu?? Ngapain kamu disini…??” Tanya seorang gadis di belakangnya
“namaku arifah,aku kesini mau ikut lomba”
“siapa suruh kamu menyebut namamu, terus apa benar kamu mau ikut lomba”
“iya benar,guruku telah mengirim aku untuk mengikuti lomba ini”
“apa….??? Kamu benar-benar ikut lomba ?? masak orang gembel seperti kamu ikut lomba?? Mimpi donk…!!! Lihat tuch dirimu seperti apa…!!!”
“biar aku gembel dengan penampilanku yang seperti ini bukan berarti otakku juga sama dengan penampilanku, bisa saja otakku bermutiara yang tidak dimiliki otakmu” ucap Arifah dengan suara lembut nan sabar
“beraninya kamu menghina aku!!! Lihat dan tunggu pembalasanku dalam perlombahan ini aku akan memenangkan dan bisa mengalahkan kamu seorang anak yang gembel” tantang gadis itu
“ok aku berani menerima tantanganmu lihat saja nanti”
“sampai jumpa nanti yaa….”
“sampai jumpa juga”
            Jam demi jam terlewatkan, saatnya kini pengumuman juara, urutan demi urutan dibacakan spontan hati Arifah berbunga-bunga banyak bintang jatuh bertebaran dipinggirnya, ya…..!! Arifah mendapat juara 1, senangnya bukan main keinginan yang dinanti-nanti Arifah telah terwujud kini dia ditunjuk sebagai wakil dari Indonesia untuk dibawa ke ajang dunia siwa yang erprestasi di Taiwan.
            Saat itulah gadis yang menantang Arifah bahkan menghina Arifah menyesal sekaligus sadar bahwa tidak semua anak gembel juga mempunyai otak gembel. Gadis itu telah mengerti bahwa semangat berkorban Arifah lebih besar daripada semangatnya, semua ucapan yang terlanjur terucapkan telah disesali dengan seribu sesalan bagaikan awan menggumpal dipadang gurun nan luas.
“hai…. Selamat yaa kamu menang menjadi juara aku menyesal telah menghina kamu maafkanlah semua kesalahanku itu”
“iya gak apa-apa aku sudah maafin kamu kok… “
“terima kasih ya sungguh baik hatimu, ngomong-ngomong namamu siapa???”
“tadi sudah saya sebutkan namaku Arifah”
“ouw… ya aku lupa perkenalkan namaku Nela”
“ouw ya sudah aku mau pergi dulu ada yang memenggil aku, sampai jumpa”
“sampai jumpa kembali tetap ingat aku ya..”
“iya… makasih, kamu sudah mau berteman denganku”
“makasih juga kamu sudah menyadarkanku”
            Tak hanya Arifah yang terangkat, nama sekolahannyapun terjunjung tinggi, sekolah Arifah dulu sekolah pinggiran tetapi sekarang sekolah itu berada di kota, dulu sekolah Arifah sekolah jelek dan terpuruk kini sekolah itu menjadi terfavorit dikota tersebut. Tak heran nama Arifah banyak disebut-sebut.
            Deni yang mengetahui bahwa kini bahwa kini kotanya terjunjung nama sekolah yang bagus dan bergengsi ia langsung meminta  ke orang tuanya untuk di pindah kesini di kotanya terjunjung nama sekolah yang bagus dan bergengsi ia langsung meminta keorang tuanya untuk dipindah ke sekolah tersebut, permintaan Denipun di dikabulkan orang tuanya.
            Suatu hari, ketika Deni sedang berkeliling sekolah barunya, sekolah yang katanya bergengsi hanya untuk anak orang kaya saja seketika itu hatinya terpana melihat sesosok tubuh yang dulu dianggap seorang anak yang baud an gembel kini anak itu menjelma menjadi seorang gadis cantik nan harum.
“he,, gembel ngapain kamu kesini?? Mulung disini??”
“gak lah, ini sekolahku tau!!!”
“Mang kamu bisa, seenaknya saja sekolah disini,sini init u sekolahnya anak berduit, lha kamu??”
“he, kalau kamu masih menghinaku pergi sana ngapain kamu bersekolah disini??”
“kamu yang harus pergi, seenaknya sekolah disini tanpa berperasaan”
“sudahlah kalian, gak usah bertengkar, Deni kamu gak boleh ngejek Arifah terus, biarpun dulu Arifah adalah anak gembel tapi Arifah adalah berjasa bagi sekolah ini kamu tahu dulu sekolah ini adalah sekolah pinggiran tapi berkas Arifahlah sekolah ini menjadi sekolah kota dan bergengsi bahkan terfavorit” bela salah satu sahabat Arifah sambil meleraikan pertengkaran diantara Arifah dan Deni.
“what…?? Berarti dulu ini sekolahnya anak gembel-gembel??
“yaa” jawab sahabat Arifah lagi.
“mangkanya jadi anak jangan sombong-sombong belum tentu anak gembel itu selamanya gambal dan belum tentu anak kaya selamanya menakjubkan buktinya sekarang aku bisa ngalahkan kamu, dan sekarang kamu sekolah disekolahku, sekolah yang dulu tempat anak-anak gembel”
Wajah Deni pucat merah, kini ia mala ia menyesal telah menghina dan mengejek Arifah, sebaliknya Arifah senang bisa menunjukkan bahwa dia bua anak gembel seperti yang dibilang Deni. Dan kini…….. sekolah Arifah juga Sekolah.
            Setelah mendengarkan cerita sahabat Arifah, Deni langsung lari meninggalkan Arifah yang tersenyum puas, Arifah pun berteriak kepada Deni.
“Deni……!!! Sekolahku sekolahmu”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WANITA BERKERUDUNG EMAS



Dalam lingkup pesantren yang tentram, terdapat keluarga yang bertempat tinggal di lingkup pondok pesantren, Al-azhar itulah nama pondok yang sudah berdiri sejak 20 tahun dalam asuhan seorang kiyai yang sangat bijak sana, ramah dan berwawasan luas, pesantren ini mendidik santri – santrinya menjadi sosok yang arif dan bijak sana, maka dari itu tidak heran keseharian dan kegiatan dalam pesantren sangat di tuntut untuk disiplin.
            Seorang santri putri yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA, Santi itulah sebutan sehari – harinya, tidak jauh beda dari santri – santri putri lainnya dia juga bertempat tinggal di salah satu asramah yang ada di pondok itu, namun santi termasuk siswa yang berprestasi dan berpemikiran cerdik maka dari itu dia bertempat tinggal di asramah khusus yaitu “UMI HANI” asramah yang terdominasi oleh santri – santri yang cerdas dan dapat menguasai dengan trampil berbahasa inggris
            Orang tua santi adalah ketua pondok bahkan bisa di bilang pembesr pondok al-azhar,namun dengan keadaan sebagai anak pembesar pondok bukan berarti santi bebas atas semuanya namun kebalikanya yaitu sama dengan santri-santri yang lain. Orang tua santi terkenal akan sikap profesionalnya,sehingga ketika santi berbuat yang tidak sesuai dengan aturan orang tuanyapun tetap menghukum santi dengan hukuman yang setimpal dan sama dengan hukuman santri-santri yang lain.
            Suatu hari di pondok al-azhar  mengadakan razia,saat itu pula santi dan ketiga temanya kepergok mengikuti kegiatan di luar pondok,kegiatan yang secara tak sadar jauh dari aturan pondok.mengetahui adanya siswa yang berani berbuat seperti itu,hukuman berat pun menimpa ketiga teman santi,begitupun santi tetap mendapat hukuman bahkan santi mendapatkan hukuman yang lebih berat dari orang tuanya.
“abi,kenapa santi harus di hukum…?tidak kasihankah engkau kepada anakmu…?”
“santi,engkau telah berbuat kesalahan yang besar,dan dengan kesalahanmu itu abi tak segan-segan menghukum kamu,abi tak pandang itu anak abi atau santi yang pintar,abi tetap menghukummu karena kodratnya semua manusia itu sama”
“tapi kenapa bi…? Hukuman santi lebih berat daripada hukuman yang diberikan kepada teman-teman santi padahal kesalahan kami semua sama”
“kamu harus sadar kamu adalah anak abi seorang pembesar pondok ini,dan kamu sebagai anak seorang pembesar harus mampu memberikan contoh yang baik kepada teman-teman kamu,tapi justru kamu mengajak ke hal yang jelek, bukan hanya nama abimu yang tercemar pondok ini pun namanya ikut tercemar karena kelakuanmu itu”
“tapi bi…?”
“tidak pake’ tapi-tapian kamu tetap abi hukum” marah abinya
            Begitulah keadilan orang tua Santi, tidak pernah pandang bulu biarpun itu anaknya atau bukan yang penting kalau anak itu berbuat salah maka dia akan menghukumnya. Kata pilih kasih seakan tidak pernah ada dalam ingatan dan anggapannya sedangkan kata keras tanpa pilih kasih seakan melekat dalam lubuk hati dan sanubari yang paling dalam.
            Sudah beberapa hukuman dan nasehat telah didengar Santi, Santi yang mendengarkan dan menerima hukumannya seakan terasa petir yang menyambar hatinya dan memporak-porandakan isi hatinya. Ia merasa orang tuanya segitu tega memperlakukannya seperti itu, akhirnya iapun mencari cara untuk bisa membuat orang tuanya bahagia, Santi adalah anak yang pandai sehingga ia menggunakan cara kepandaiannya itu untuk bisa membanggakan orang tuanya.
            Mulailah Santi menjalankan misinya menjadi seorang anak yang berprestasi, usaha demi usaha telah ia lakukan, semangat demi semangat telah ia munculkan, perjuangan demi perjuangan telah ia lewati. Berkat misinya yang ia lakukan dengan baik itu prestasi demi prestasi telah ia capai dan kini jiwanya telah tertumpuk segudang prestasi yang membanggakan. Tak heran orang tuanya kini menyanjung-nyanjungkannya dan tak urung orang tuanyapun hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan terlihat semakin memanjakan Santi.
            Tak ada seseorangpun anak yang dimanja mempunyai kepribadian yang baik, dan tak seorangpun anak yang dimanja tidak memelihara sifat kesombongan. Begitupun yang dialami Santi kini dia menjadi seorang anak yang sombong dan menganggap dirinya lebih atas tingkatanya ketimbang teman-temanya, profesi orang tuanya di gunakan sebagai senjata kesombonganya, ia tidak mau begaul dengan teman-temanya ia menganggap bahwa seorang anak pembesar pondok pesantren tidak pantas untuk bergaul dengan anak biasa.
            Suatu hari Santi berjalan-jalan dilingkungan pesantren, saat itupula teman-temanya menyadari akan perubahan sikap Santi yang bertambah sombong dan menganggap teman-temannya suatu hal yang tidak perlu diperhatikan.
“Assalamu’alaikum Santi…..” sapa seorang santriwati didepannya
“Wa’alaikumussalam….” Santipun berlalu meninggalkan santriwati yang menyapanya tadi seorang diri dengan kecuekan yang tergambar diwajahnya
“eh.. Santi cerita dong tentang pengalamanmu meraih juara, masak berlalu gitu saja”
“gak mau ahh malezz… prestasiku kan milikku ngapain harus dibagi-bagi!!”
“yaaa… biar kita bisa mencari inspirasi dari sejuta pengalamanmu dalam meraih prestasi”
“percuma tak berguna menceritakan ke kalian karena kalian belum tentu bisa meraih prestasi seperti aku, lagian aku adalah anak seorang pembesar pondok ini, jadi aku gak pantas berada di tengah-tengah kalian”
“ kenapa kamu bertambah sombong Santi???”
“yang sombong itu aku bukan kamu, jadi ngapain kamu ngatur aku!!! Sesuka aku dong….mang kamu orang tuaku, seenaknya ngatur gitu!!”
“bukannya aku mau ngatur kehidupanmu, tapi aku ingin memberitahu sikapmu yang salah”
“yaa sudahlah…. Kepalaku bingung berada disini, mending cabut ahh…..
Semakin hari, kesombongan Santi semakin memuncak sudah beberapa santriwati ia cuekin bahkan ia sakiti hatinya,tak ada sedikitpun kata merendahkan diri, hingga penggurus asrama yang seharusnya di hormati oleh santri – santri pun ia cuekin,mungkin dia merasa dia anak pembesar pondok pesantren yang semua sikapnya benar jadi tidak perlu diatur.
suatu saat waktu kegiatan pondok,
 “ adek ayo berangkat bareng – bareng” kata penggurus untuk mengajak santri – santri berangkat, namun Santi seorang santri yang dulunya rajin dan tidak sombong sekarang menjadi pembangkang dan tidak taat aturan
saat penggurus mengajak Santi “santi ayo berangkat” namun Santi dengan nada kasar menjawab “nggak aku sudah pinter”  para pengurus yang mendengar jawapan Santi Cuma bisa menggelengkan kepalanya.
Lama kelamaan pera penggurus pondok pun merasakan perubahan yang drastis pada diri Santi sehingga salah satu penguruspun mengusulkan
“ bagaimana kalau kita laporkan saja pada ayahnya santi ?” sedangkan pengurus lain menanggapi
“nggak usahlah kita harus berusaha dulu untuk dapat merubah sifatnya”  dan pengurus lainnya pun setuju dengan pendapat itu, sehingga penggurus yang lain pun semangat.
Seiring waktu yang terus berputar Santi pun tidak berubah – rubah namun malah lebih parah, salah satu santri pun mencoba berbicara pada Santi
“ he….San apa kamu nggak nyadar sih, teman–teman kamu loh pada sakit melihat kelakuan kamu kayak gini, bahkan tidaok temenmu saja pengurus yang sabar saja hingga mengeluh kayak gini ?” santi pun menjawab dengan acuh
“ emang gue pikirin ?” santi menjawab dengan berjalan meninggalkan temannya yang menegurnya.
            Salah satu pengurus yang mengetahui pembicaraan tadi antara Santi dan temannya,pengurus itupun memanggil teman santi untuk di bawah kantor asramah, teman santi pun di suruh bercerita tentang masalah tadi, pengurus itu pun heran dengan sifat Santi, maunya apa ?, teman Santi itu pun di beri tau penggurus tentang kendalanya,
“ dek sebenarnya si Santi itu sudah kelewatan banget, sebenernya sudah mau di panggilkan kedua orang tuanya namun sayangnya kami para pengurus malu sama kedua orang tua Santi, tahu sendiri kan jabatan kedua orang tua santi di pondok ini sangat penting.
Setelah beberapa minggu,kedua orang tua Santi menjenguk santi di asramah, anehnya saat itu para pengurus Juga menemui kedua orang tua santi, namun sifat Santi juga tak hilang - hilang, santi masih cuek sama para pengurus dan tidak hormat samasekali, sempat ibu santi menegur,
“ San,nggak boleh begitu sama mbak – mbaknya” santi pun Cuma menjawab dengan anggukan kepala beberapa kali dengan muka cemberut.
            Setelah kejadian itu ibu Santi pun merasakan ada yang aneh dari santi, namun ibu santi berusaha menanyakan pada ayah santi namun ayah Santi menganggap biasa saja,
“Bi Santi kok kelihatannya aneh ya…?”  dan ayah santi menjawab
“enggak kok mi,biasa saja” jawab ayah santi dengan santainya.
            Beberapa minggu ibu Santi berfirasat buruk dan tidak tenang, namun ibu Santi pun tidak ambil diam, ibu Santi mencari informasi kesana kemari termasuk ke pengurus asrama yang di tempati oleh Santi,
“mbak gimana sifat anak saya di asramah ?” Tanya ibu santi kepada salah satu pengurus asramah, namun para pengurus bingung mau di jawab gimana, karena para pengurus malu dan sangat menghormati ibu Santi, sehingga terpaksa para pengurus berbohong kepada ibu Santi
 “ iya bu baik – baik saja malah baik kok bu “ jawab salah satu pengurus kepada ibu Santi.
            Setelah ibu Santi dapat laporan tersebut pikirannya lebih mendingan dari kemarin,meski sudah tenang tapi ibu santi belum puas dengan jawaban tersebut, sehingga ibu santi masih mencari informasi akan sikap anaknya dan mengawasi benar – benar sifat anaknya.
            Pada saat hari jum’at hari libur,di yayasan tersebut ada sebuah acara jalan sehat satu yayasan, dan malam sebelum acara tersebut, ibu santi berpesan
“ San besok ikut ya???” pesan ibu Santi, Santi tak menjawap apapun, namun dalam benak Santi berkata
“ Hemm…..ngapain juga ikut kegiatan kayak gitu “ namun santi tetap ikut karena Santi takut sama ibunya.
Pagi itupun santi bersama teman – temannya,tapi tak sengaja teman Santi membuat Santi kesal hingga Santi berkata kasar dan ngomel–ngomel
“he…apa sih maumu?” kata Santi sambil membentak temanya
“maaf ya… aku nggak sengaja“ saut temannya, tak sengaja ibu Santi pun melihat kejadian itu, ibu Santi pun tidak menyangka bahwa anaknya begitu, ibunya pun langsung mendatangi santi
“ he santi enggak boleh begitu “omongan ibu Santi
“ enggak mi,tadi itu teman santi buat santi kesal,siapa yang gak marah coba..”  saut santi, dalam benak ibu Santi tak menyangka bahwa Santi anaknya yang dulu polos dan santun sekarang menjadi seorang anak yang sombong dan lekas marah
“santi,apakah yang membuatmu bersikap kayak gitu…?umi sangat kecewa kepadamu,kenapa kamu bisa berubah kayak gini santi…!”
“umi,aku gak berubah aku masih seperti dulu kok mi…”
“santi hentikan bicaramu,dari dulu umi gak pernah ngajari kamu bohong dan sombong seperti sekarang ini,umi sudah tahu setiap hari umi mengawasi perilakumu di asrama,kamu sombong bahkan suka mencela dan memarahi teman-temanmu”
“umi,segitukah usaha umi…?maafkan santi mi…?santi berjanji gak akan mengulangi lagi” ucap santi dengan sungguh-sunguh
“iya umi maafin kamu selagi kamu mau menyesali sikapmu dan tak akan sekalipun mengulangi lagi,jangan lupa minta maaf kepada semua teman-temanmu dan semua pengurus asrama,dan juga jangan lupa bertobat kepada allah swt”
“iya umi…santi akan melakukan apa yang disarankan umi,terimah kasih umi…”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS