Dalam
lingkup pesantren yang tentram, terdapat keluarga yang bertempat tinggal di
lingkup pondok pesantren, Al-azhar itulah nama pondok yang sudah berdiri sejak
20 tahun dalam asuhan seorang kiyai yang sangat bijak sana, ramah dan
berwawasan luas, pesantren ini mendidik santri – santrinya menjadi sosok yang
arif dan bijak sana, maka dari itu tidak heran keseharian dan kegiatan dalam
pesantren sangat di tuntut untuk disiplin.
Seorang santri putri yang sekarang
duduk di bangku kelas 3 SMA, Santi itulah sebutan sehari – harinya, tidak jauh
beda dari santri – santri putri lainnya dia juga bertempat tinggal di salah
satu asramah yang ada di pondok itu, namun santi termasuk siswa yang berprestasi
dan berpemikiran cerdik maka dari itu dia bertempat tinggal di asramah khusus
yaitu “UMI HANI” asramah yang terdominasi oleh santri – santri yang cerdas dan
dapat menguasai dengan trampil berbahasa inggris
Orang tua santi adalah ketua pondok
bahkan bisa di bilang pembesr pondok al-azhar,namun dengan keadaan sebagai anak
pembesar pondok bukan berarti santi bebas atas semuanya namun kebalikanya yaitu
sama dengan santri-santri yang lain. Orang tua santi terkenal akan sikap
profesionalnya,sehingga ketika santi berbuat yang tidak sesuai dengan aturan
orang tuanyapun tetap menghukum santi dengan hukuman yang setimpal dan sama
dengan hukuman santri-santri yang lain.
Suatu hari di pondok al-azhar mengadakan razia,saat itu pula santi dan
ketiga temanya kepergok mengikuti kegiatan di luar pondok,kegiatan yang secara
tak sadar jauh dari aturan pondok.mengetahui adanya siswa yang berani berbuat
seperti itu,hukuman berat pun menimpa ketiga teman santi,begitupun santi tetap
mendapat hukuman bahkan santi mendapatkan hukuman yang lebih berat dari orang
tuanya.
“abi,kenapa
santi harus di hukum…?tidak kasihankah engkau kepada anakmu…?”
“santi,engkau
telah berbuat kesalahan yang besar,dan dengan kesalahanmu itu abi tak
segan-segan menghukum kamu,abi tak pandang itu anak abi atau santi yang
pintar,abi tetap menghukummu karena kodratnya semua manusia itu sama”
“tapi
kenapa bi…? Hukuman santi lebih berat daripada hukuman yang diberikan kepada
teman-teman santi padahal kesalahan kami semua sama”
“kamu
harus sadar kamu adalah anak abi seorang pembesar pondok ini,dan kamu sebagai
anak seorang pembesar harus mampu memberikan contoh yang baik kepada
teman-teman kamu,tapi justru kamu mengajak ke hal yang jelek, bukan hanya nama
abimu yang tercemar pondok ini pun namanya ikut tercemar karena kelakuanmu itu”
“tapi
bi…?”
“tidak
pake’ tapi-tapian kamu tetap abi hukum” marah abinya
Begitulah keadilan orang tua Santi,
tidak pernah pandang bulu biarpun itu anaknya atau bukan yang penting kalau
anak itu berbuat salah maka dia akan menghukumnya. Kata pilih kasih seakan
tidak pernah ada dalam ingatan dan anggapannya sedangkan kata keras tanpa pilih
kasih seakan melekat dalam lubuk hati dan sanubari yang paling dalam.
Sudah beberapa hukuman dan nasehat
telah didengar Santi, Santi yang mendengarkan dan menerima hukumannya seakan
terasa petir yang menyambar hatinya dan memporak-porandakan isi hatinya. Ia
merasa orang tuanya segitu tega memperlakukannya seperti itu, akhirnya iapun
mencari cara untuk bisa membuat orang tuanya bahagia, Santi adalah anak yang
pandai sehingga ia menggunakan cara kepandaiannya itu untuk bisa membanggakan
orang tuanya.
Mulailah Santi menjalankan misinya
menjadi seorang anak yang berprestasi, usaha demi usaha telah ia lakukan,
semangat demi semangat telah ia munculkan, perjuangan demi perjuangan telah ia
lewati. Berkat misinya yang ia lakukan dengan baik itu prestasi demi prestasi
telah ia capai dan kini jiwanya telah tertumpuk segudang prestasi yang
membanggakan. Tak heran orang tuanya kini menyanjung-nyanjungkannya dan tak
urung orang tuanyapun hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi
bulan terlihat semakin memanjakan Santi.
Tak ada seseorangpun anak yang
dimanja mempunyai kepribadian yang baik, dan tak seorangpun anak yang dimanja
tidak memelihara sifat kesombongan. Begitupun yang dialami Santi kini dia
menjadi seorang anak yang sombong dan menganggap dirinya lebih atas tingkatanya
ketimbang teman-temanya, profesi orang tuanya di gunakan sebagai senjata
kesombonganya, ia tidak mau begaul dengan teman-temanya ia menganggap bahwa
seorang anak pembesar pondok pesantren tidak pantas untuk bergaul dengan anak
biasa.
Suatu hari Santi berjalan-jalan
dilingkungan pesantren, saat itupula teman-temanya menyadari akan perubahan
sikap Santi yang bertambah sombong dan menganggap teman-temannya suatu hal yang
tidak perlu diperhatikan.
“Assalamu’alaikum
Santi…..” sapa seorang santriwati didepannya
“Wa’alaikumussalam….”
Santipun berlalu meninggalkan santriwati yang menyapanya tadi seorang diri
dengan kecuekan yang tergambar diwajahnya
“eh..
Santi cerita dong tentang pengalamanmu meraih juara, masak berlalu gitu saja”
“gak
mau ahh malezz… prestasiku kan milikku ngapain harus dibagi-bagi!!”
“yaaa…
biar kita bisa mencari inspirasi dari sejuta pengalamanmu dalam meraih
prestasi”
“percuma
tak berguna menceritakan ke kalian karena kalian belum tentu bisa meraih
prestasi seperti aku, lagian aku adalah anak seorang pembesar pondok ini, jadi
aku gak pantas berada di tengah-tengah kalian”
“
kenapa kamu bertambah sombong Santi???”
“yang
sombong itu aku bukan kamu, jadi ngapain kamu ngatur aku!!! Sesuka aku
dong….mang kamu orang tuaku, seenaknya ngatur gitu!!”
“bukannya
aku mau ngatur kehidupanmu, tapi aku ingin memberitahu sikapmu yang salah”
“yaa
sudahlah…. Kepalaku bingung berada disini, mending cabut ahh…..
Semakin
hari, kesombongan Santi semakin memuncak sudah beberapa santriwati ia cuekin
bahkan ia sakiti hatinya,tak ada sedikitpun kata merendahkan diri, hingga
penggurus asrama yang seharusnya di hormati oleh santri – santri pun ia
cuekin,mungkin dia merasa dia anak pembesar pondok pesantren yang semua
sikapnya benar jadi tidak perlu diatur.
suatu
saat waktu kegiatan pondok,
“ adek ayo berangkat bareng – bareng” kata
penggurus untuk mengajak santri – santri berangkat, namun Santi seorang santri
yang dulunya rajin dan tidak sombong sekarang menjadi pembangkang dan tidak
taat aturan
saat
penggurus mengajak Santi “santi ayo berangkat” namun Santi dengan nada kasar
menjawab “nggak aku sudah pinter” para
pengurus yang mendengar jawapan Santi Cuma bisa menggelengkan kepalanya.
Lama
kelamaan pera penggurus pondok pun merasakan perubahan yang drastis pada diri
Santi sehingga salah satu penguruspun mengusulkan
“
bagaimana kalau kita laporkan saja pada ayahnya santi ?” sedangkan pengurus
lain menanggapi
“nggak
usahlah kita harus berusaha dulu untuk dapat merubah sifatnya” dan pengurus lainnya pun setuju dengan
pendapat itu, sehingga penggurus yang lain pun semangat.
Seiring
waktu yang terus berputar Santi pun tidak berubah – rubah namun malah lebih
parah, salah satu santri pun mencoba berbicara pada Santi
“
he….San apa kamu nggak nyadar sih, teman–teman kamu loh pada sakit melihat
kelakuan kamu kayak gini, bahkan tidaok temenmu saja pengurus yang sabar saja
hingga mengeluh kayak gini ?” santi pun menjawab dengan acuh
“
emang gue pikirin ?” santi menjawab dengan berjalan meninggalkan temannya yang
menegurnya.
Salah satu pengurus yang mengetahui
pembicaraan tadi antara Santi dan temannya,pengurus itupun memanggil teman
santi untuk di bawah kantor asramah, teman santi pun di suruh bercerita tentang
masalah tadi, pengurus itu pun heran dengan sifat Santi, maunya apa ?, teman
Santi itu pun di beri tau penggurus tentang kendalanya,
“
dek sebenarnya si Santi itu sudah kelewatan banget, sebenernya sudah mau di
panggilkan kedua orang tuanya namun sayangnya kami para pengurus malu sama
kedua orang tua Santi, tahu sendiri kan jabatan kedua orang tua santi di pondok
ini sangat penting.
Setelah
beberapa minggu,kedua orang tua Santi menjenguk santi di asramah, anehnya saat
itu para pengurus Juga menemui kedua orang tua santi, namun sifat Santi juga
tak hilang - hilang, santi masih cuek sama para pengurus dan tidak hormat
samasekali, sempat ibu santi menegur,
“
San,nggak boleh begitu sama mbak – mbaknya” santi pun Cuma menjawab dengan
anggukan kepala beberapa kali dengan muka cemberut.
Setelah kejadian itu ibu Santi pun
merasakan ada yang aneh dari santi, namun ibu santi berusaha menanyakan pada ayah
santi namun ayah Santi menganggap biasa saja,
“Bi
Santi kok kelihatannya aneh ya…?” dan
ayah santi menjawab
“enggak
kok mi,biasa saja” jawab ayah santi dengan santainya.
Beberapa minggu ibu Santi berfirasat
buruk dan tidak tenang, namun ibu Santi pun tidak ambil diam, ibu Santi mencari
informasi kesana kemari termasuk ke pengurus asrama yang di tempati oleh Santi,
“mbak
gimana sifat anak saya di asramah ?” Tanya ibu santi kepada salah satu pengurus
asramah, namun para pengurus bingung mau di jawab gimana, karena para pengurus
malu dan sangat menghormati ibu Santi, sehingga terpaksa para pengurus
berbohong kepada ibu Santi
“ iya bu baik – baik saja malah baik kok bu “
jawab salah satu pengurus kepada ibu Santi.
Setelah ibu Santi dapat laporan
tersebut pikirannya lebih mendingan dari kemarin,meski sudah tenang tapi ibu
santi belum puas dengan jawaban tersebut, sehingga ibu santi masih mencari informasi
akan sikap anaknya dan mengawasi benar – benar sifat anaknya.
Pada saat hari jum’at hari libur,di
yayasan tersebut ada sebuah acara jalan sehat satu yayasan, dan malam sebelum
acara tersebut, ibu santi berpesan
“
San besok ikut ya???” pesan ibu Santi, Santi tak menjawap apapun, namun dalam
benak Santi berkata
“
Hemm…..ngapain juga ikut kegiatan kayak gitu “ namun santi tetap ikut karena
Santi takut sama ibunya.
Pagi
itupun santi bersama teman – temannya,tapi tak sengaja teman Santi membuat
Santi kesal hingga Santi berkata kasar dan ngomel–ngomel
“he…apa
sih maumu?” kata Santi sambil membentak temanya
“maaf
ya… aku nggak sengaja“ saut temannya, tak sengaja ibu Santi pun melihat
kejadian itu, ibu Santi pun tidak menyangka bahwa anaknya begitu, ibunya pun
langsung mendatangi santi
“
he santi enggak boleh begitu “omongan ibu Santi
“
enggak mi,tadi itu teman santi buat santi kesal,siapa yang gak marah coba..” saut santi, dalam benak ibu Santi tak
menyangka bahwa Santi anaknya yang dulu polos dan santun sekarang menjadi
seorang anak yang sombong dan lekas marah
“santi,apakah
yang membuatmu bersikap kayak gitu…?umi sangat kecewa kepadamu,kenapa kamu bisa
berubah kayak gini santi…!”
“umi,aku
gak berubah aku masih seperti dulu kok mi…”
“santi
hentikan bicaramu,dari dulu umi gak pernah ngajari kamu bohong dan sombong
seperti sekarang ini,umi sudah tahu setiap hari umi mengawasi perilakumu di
asrama,kamu sombong bahkan suka mencela dan memarahi teman-temanmu”
“umi,segitukah
usaha umi…?maafkan santi mi…?santi berjanji gak akan mengulangi lagi” ucap
santi dengan sungguh-sunguh
“iya umi maafin kamu selagi kamu
mau menyesali sikapmu dan tak akan sekalipun mengulangi lagi,jangan lupa minta
maaf kepada semua teman-temanmu dan semua pengurus asrama,dan juga jangan lupa
bertobat kepada allah swt”
“iya
umi…santi akan melakukan apa yang disarankan umi,terimah kasih umi…”
0 komentar:
Posting Komentar