SEKOLAHKU SEKOLAHMU



Disebut desa terpencil yang terletak tak jauh dari keramaian kota hiduplah seorang anak yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu kehidupannya terasa sangat sepi bagaikan suasana hutan di tengah malam, semua orang yang disayanginya telah pergi meninggalkannya seorang diri sedangkan tak ada satu sanak saudarapun yang tersisa bahkan hartapun sudah habis ditelan waktu seiring kebutuhan setiap hari.
Dengan kehidupan yang sebatang kara serta tak punya apa-apa itu, Arifah begitu anak dipanggil sehari-harinya bekerja menguras sampah yang ada dilingkungan perkotaan baik dirumah-rumah, jalan-jalan, maupun pasa-pasar. Dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaannya itu ia gunakan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya bahkan sekolahnya.
Tak disangka Arifah yang hidup sebatang kara tanpa orang tua dan harta sepeserpun mampu sekolah hingga SMP, mungkin karena keteguhannya dalam bekerja dan belajarlah sehingga ia bisa mewujudkan apa yang diinginkannya. Arifah adalah seorang penyemangat tinggi, dengan bekerja ia mampu membiayai kehidupannya, dengan belajar ia mampu meraih sejuta prestasisehingga memperoleh penghargaan dari Kepala Sekolah gratis biaya sekolah.
Meski dengan tinggal ditempat kumuh, sekolah pinggiran dengan makanan seadanya, bukan berarti Arifah harus terpuruk menjadi seorang gadis yang kumuh, miskin, dan bodoh selamanya. Buktinya kini mempunyai otak yang cemerlang yang tidak dimiliki oleh beberapa anak kaya, bertempat tinggal dikota di rumah besar, makan tinggal pilih makanan yang paling sehat dan enak.
Suatu hari ketika Arifah sedang asyiknya memilah-milah  sampah disebuah tempat sampah di depan supermarket, lewatlah segerombolan anak SMP. Dilihat dari pakaian yang bermerek adalah anak orang kaya tak disangka ketika mereka melihat seorang gadis sedang memilah-milah sampah sampah. Sebuah kata hinaan muncul dari mereka.
“Iiiiih, kok bau badan gak enak, bau badannya siapa yaa??” ucap seorang anak itu.
“gak tau tu bau banget” jawab seorang lagi
“ouw,, kayaknya bau anak di depan tempat sampah itu,,,,”
Tuduh mereka mereka bersamaan, Arifah yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud badannya bau, tetap sabar meski sakit yang terpendam itu semakin sakit karena setiap hari ia mendapatkan hinaan.
“he….. gembel ngapain kamu di depan super market ini?? Kalau kamu mau mencari sampah dihutan sana !!! kamu tu gak pantas berada disini” ejek seorang anak laki-laki dari beberapa gerombolan anak SMP itu yang tak lai bernama Deni.
“bukannya ini tempat umum?? Siapa saja boleh dating dong??!
“memang, ini tempat umum semuanya boleh datang kecuali seorang anak gembel seperti kamu!!!”
“terserah kamu bilang apa, aku masih tetap disini karena yang punya Super Market ini bukan kamu, ngapain kamu nglarang segala!!!”
“wouw,, ngancam nie??? Kamu kira aku siapa? He…. Pergi sana!! Ngapain disini???
“aku gak akan pernah pergi, gak AKAN”
“Pak Satpam…. Nie ada anak gembel mau menghajar gue….!!
Tiba-tiba saja Deni memanggil Pak Satpam dengan menyalahkan Arifah, Arifahpun langsung lari, sebelum lari ia menginjak keras-keras kaki Deni.
“he, gembel beraninya kau menginjak kakiku, ya….??! Awas ya.. tunggu pembalasanku”
“biarin weeee…..??!” Arifahpun lari dengan kencangnya.
            Sejak itu Arifah merasa jengkel dengan Deni seorang anak laki-laki yang tak dikenal yang berani mengejek dan menghinanya. Arifah merasa perjumpaan dengan Deni adalah perjumpaan yang sangat dibencinya seumur hidup, karena baru pertama kali inilah ia mendengarkan perkataan yang panas ditelinganya.
            Kejengkelan itu hanya singgah sebentar dihati Arifah, kini Arifah mampu melupakan peristiwa itu seiring tergusur pikirannya tentang pelajaran sekolah, tiap hari Arifah tak kenal lelah bekerja mondar-mandir dari tempat yang satu ketempat yang lain, tiap hari Arifah tak pernah mengeluh membuka buku pelajaran dari lembaran yang satu kelembaran yang lainnya.
            Semangat Arifah tiap hari semakin membara. Tak heran ia raih, sanjungan demi sanjungan demi sanjungan telh ia terima, tinggal selangkah lagi Arifah bisa memegang bintang itu, selangkah lagi nama dirinya dan sekolahnya terkenal diseluruh pelosok Indonesia yaa…. Selangkah lagi Arifah akan mewakili Indonesia dalam ajang siswa berprestasi di Taiwan.
            Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan Arifah belajar dan belajar , karena kali ini Arifah gak boleh gagal Arifah harus mampu mampu menembus juara nasional dan mewakili Indonesia ke tingkat Internasional,ia yakin ia pasti bisa.
            Waktu tinggal 1 bulan, perasaan Arifah  semakin gugup tapi ia tetap berusaha dan berusaha, sedikit demi sedikit pelajaran telah ia pelajari hingga tak terasa mterinya telah habis, tak terasa pula waktu yang dinanti-nanti Arifah telah datang waktu perlombaan tinkat nasional se-indonesia yang dilaksanakan di Jakarta.
            Kini Arifah telah menginjakkan kakinya ditempat perlombahan yang sangat dinantikannya , hatinya bergetar bagaikan bumi yang bergoncang, langkahnya kaku bagaikan tanaman yang tak mampu berjalan kearah tujuannya, bibirnya mengucapkan beribu-ribu kata bahkan sejuta kata bagaikan suara Guntur yang tiada henti.
            Teringat ia akan perkataan orang-orang tersayangnya suara-suara mereka selalu terngiang ditelinganya, seketika itu semangat perjuangan Arifah muncul kembali seakan semangat yang kini muncul adalah semangat yang paling membara dari semua kehidupan masa lalunya. Meski ditempat itu pula berbagai macam ejekan dan penghinaan telah didengarkannya tapi ia tetap sabar menghadapi semua itu.
“hai…. Siapa kamu?? Ngapain kamu disini…??” Tanya seorang gadis di belakangnya
“namaku arifah,aku kesini mau ikut lomba”
“siapa suruh kamu menyebut namamu, terus apa benar kamu mau ikut lomba”
“iya benar,guruku telah mengirim aku untuk mengikuti lomba ini”
“apa….??? Kamu benar-benar ikut lomba ?? masak orang gembel seperti kamu ikut lomba?? Mimpi donk…!!! Lihat tuch dirimu seperti apa…!!!”
“biar aku gembel dengan penampilanku yang seperti ini bukan berarti otakku juga sama dengan penampilanku, bisa saja otakku bermutiara yang tidak dimiliki otakmu” ucap Arifah dengan suara lembut nan sabar
“beraninya kamu menghina aku!!! Lihat dan tunggu pembalasanku dalam perlombahan ini aku akan memenangkan dan bisa mengalahkan kamu seorang anak yang gembel” tantang gadis itu
“ok aku berani menerima tantanganmu lihat saja nanti”
“sampai jumpa nanti yaa….”
“sampai jumpa juga”
            Jam demi jam terlewatkan, saatnya kini pengumuman juara, urutan demi urutan dibacakan spontan hati Arifah berbunga-bunga banyak bintang jatuh bertebaran dipinggirnya, ya…..!! Arifah mendapat juara 1, senangnya bukan main keinginan yang dinanti-nanti Arifah telah terwujud kini dia ditunjuk sebagai wakil dari Indonesia untuk dibawa ke ajang dunia siwa yang erprestasi di Taiwan.
            Saat itulah gadis yang menantang Arifah bahkan menghina Arifah menyesal sekaligus sadar bahwa tidak semua anak gembel juga mempunyai otak gembel. Gadis itu telah mengerti bahwa semangat berkorban Arifah lebih besar daripada semangatnya, semua ucapan yang terlanjur terucapkan telah disesali dengan seribu sesalan bagaikan awan menggumpal dipadang gurun nan luas.
“hai…. Selamat yaa kamu menang menjadi juara aku menyesal telah menghina kamu maafkanlah semua kesalahanku itu”
“iya gak apa-apa aku sudah maafin kamu kok… “
“terima kasih ya sungguh baik hatimu, ngomong-ngomong namamu siapa???”
“tadi sudah saya sebutkan namaku Arifah”
“ouw… ya aku lupa perkenalkan namaku Nela”
“ouw ya sudah aku mau pergi dulu ada yang memenggil aku, sampai jumpa”
“sampai jumpa kembali tetap ingat aku ya..”
“iya… makasih, kamu sudah mau berteman denganku”
“makasih juga kamu sudah menyadarkanku”
            Tak hanya Arifah yang terangkat, nama sekolahannyapun terjunjung tinggi, sekolah Arifah dulu sekolah pinggiran tetapi sekarang sekolah itu berada di kota, dulu sekolah Arifah sekolah jelek dan terpuruk kini sekolah itu menjadi terfavorit dikota tersebut. Tak heran nama Arifah banyak disebut-sebut.
            Deni yang mengetahui bahwa kini bahwa kini kotanya terjunjung nama sekolah yang bagus dan bergengsi ia langsung meminta  ke orang tuanya untuk di pindah kesini di kotanya terjunjung nama sekolah yang bagus dan bergengsi ia langsung meminta keorang tuanya untuk dipindah ke sekolah tersebut, permintaan Denipun di dikabulkan orang tuanya.
            Suatu hari, ketika Deni sedang berkeliling sekolah barunya, sekolah yang katanya bergengsi hanya untuk anak orang kaya saja seketika itu hatinya terpana melihat sesosok tubuh yang dulu dianggap seorang anak yang baud an gembel kini anak itu menjelma menjadi seorang gadis cantik nan harum.
“he,, gembel ngapain kamu kesini?? Mulung disini??”
“gak lah, ini sekolahku tau!!!”
“Mang kamu bisa, seenaknya saja sekolah disini,sini init u sekolahnya anak berduit, lha kamu??”
“he, kalau kamu masih menghinaku pergi sana ngapain kamu bersekolah disini??”
“kamu yang harus pergi, seenaknya sekolah disini tanpa berperasaan”
“sudahlah kalian, gak usah bertengkar, Deni kamu gak boleh ngejek Arifah terus, biarpun dulu Arifah adalah anak gembel tapi Arifah adalah berjasa bagi sekolah ini kamu tahu dulu sekolah ini adalah sekolah pinggiran tapi berkas Arifahlah sekolah ini menjadi sekolah kota dan bergengsi bahkan terfavorit” bela salah satu sahabat Arifah sambil meleraikan pertengkaran diantara Arifah dan Deni.
“what…?? Berarti dulu ini sekolahnya anak gembel-gembel??
“yaa” jawab sahabat Arifah lagi.
“mangkanya jadi anak jangan sombong-sombong belum tentu anak gembel itu selamanya gambal dan belum tentu anak kaya selamanya menakjubkan buktinya sekarang aku bisa ngalahkan kamu, dan sekarang kamu sekolah disekolahku, sekolah yang dulu tempat anak-anak gembel”
Wajah Deni pucat merah, kini ia mala ia menyesal telah menghina dan mengejek Arifah, sebaliknya Arifah senang bisa menunjukkan bahwa dia bua anak gembel seperti yang dibilang Deni. Dan kini…….. sekolah Arifah juga Sekolah.
            Setelah mendengarkan cerita sahabat Arifah, Deni langsung lari meninggalkan Arifah yang tersenyum puas, Arifah pun berteriak kepada Deni.
“Deni……!!! Sekolahku sekolahmu”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar